Sabtu, 28 Maret 2009

MASUKNYA ISLAM KE SPANYOL DAN PERKEMBANGANNYA,



I. PENDAHULUAN

Ketika Islam mengalami masa kemunduran sekitar abad ke-11 disebabkan berbagai macam permasalahan diantaranya adalah konfliknya umat Islam dengan umat Kristen yang tidak bisa diatasi lagi. Hal tersebut dimanfaatkan oleh Eropa. Eropa mulai bangkit dari keterbelakangan, kebangkitan tersebut bukan saja terlihat dalam bidang politik, dengan mengalahkan kerajaan-kerajan Islam dan bagian dunia yang lain. Tetapi terutama dalam bidang pengetahuan dan teknologi. Kemajuan Eropa saat ini tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan Islam yang pernah jaya di Spanyol. Dari Spanyol Islamlah Eropa, itulah sedikit gambaran yang akan di bahas dalam makalah ini terkait sejarah Islam masuk di Spanyol serta masa keemasan yang mempengaruhi Renaisans (kemajuan) di Eropa.

II. PEMBAHASAN

A. Masuknya Islam ke Spanyol

Spanyol diduduki Islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M) yaitu salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah. Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan kesana mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, Musa ibn Nushair. Thariq dapat di sebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada diantara Marokko dan Benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang diantaranya adalah tentara berkuda. Selanjutnya Thariq ibn Ziyad lebih dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata dengan mendapat tambahan pasukan sebanyak 7000 orang dari Musa ibn Nushair.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk menaklukkan wilayah yang lebih luas lagi, untuk itu Musa ibn Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahakan dari adanya faktor internal dan eksternal.
Faktor eksternal yang dimaksudkan adalah suatu kondisi yang terdapat didalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini dalam keadaan yang menyedihkan, secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi kedalam beberapa negeri kecil. Perpecahan politik memperburuk keadaa ekonomi masyarakat ketika Islam masuk ke Spanyol. Adapaun yang dimaksud faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak bersatu dan penuh percaya diri. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkkan tentara Islam yaitu, toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu memyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.

B. Perkembangan Islam Di Spanyol

Setelah takluknya raja Roderick yaitu pengusa kerajaan Goth yang terahir. Umat Islam mulai mengembangakan dan memainkan peran dalam kehidupan sehari-hari, sehingga peranan umat Islam itu berpengaruh bagi kehidupan Spanyol masa itu yang berlangsung lebih dari tujuh setengah abad, sejarah panjang itu dapat dibagi menjadi enam periode yaitu :

1. Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode pertama ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi baik dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan.
Sedangkan gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat di daerah pegunungan yang tak pernah tunduk pada pemerintahan Islam.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan seseorang yang bergelar Amir (panglima/gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang masuk Spanyol Tahun 135 H/755 M. Abdurrahman Ibn Muawiyah Ibn Hisyam Ibn Abdul Malik yang terkenal dengan sebutan Abdurrahman Al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol), sebelumnya Abdurrahman merupakan golongan Umayyah yang lolos dari pengejaran dan pembersihan terhadap semua pengikut Umayyah yang dilakukan oleh Daulah Abbasiyah. Abdurrahman lari dari Irak mengarungi gurun Syria menuju Palestina, lalu menyebrangi gurun Sinai di Mesir, melewati beberapa wilayah Afrika menuju Andalusia yang telah ditaklukkan oleh nenek moyangnya dari Dinasti Umayah.
Pada periode ini pula, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban, misalnya Abd al-Rahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran, dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abd al-Rahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu, pemikiran filsafat juga mulai masuk pada periode ini, terutama pada di zaman Abd al-Rahman al-Ausath. Dia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai menarik.
3. Periode Ketiga (912-1013 M)

Periode dimulai dari pemerintahan Abd Al- Rahman III yang bergelar An-Nasir sampai munculnya raja-raja kelompok yang terkenal dengan sebutan Muluk al-Thawaif. Pada periode ini gelar seorang raja yang semula di sebut Amir berganti menjadi Khalifah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M.
Pada periode ini pula umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan Daulat Abbasiyah di Baghdad. Yang mana masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran.
Awal dari kehancuran Khalifah Bani Umayah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Sementara itu kekuasaan aktual berada di tangan para pejabat, dan pada tahun 981 M, Ibnu Abi Amir yang mendapat gelar Al Manshur Billah itu ditunjuk sebagai pemegang kekuatan secara mutlak. Dan setelah kematiannya ia digantikan oleh anaknya Al Muzaffar pada tahun 1002 M dan masih bisa mempertahankan kerajaan. Namun hal itu tidak berlangsung lama karena setelah ia wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Sehingga terjadilah kekacauan dan kehancuran yang menjadikan Spanyol sebagai Negara terpecah.
4. Periode Keempat (1013-1086 M)

Perpecahan di periode ini tidak bisa dielakkan lagi sehingga Spanyol pecah menjadi lebih dari tiga puluh Negara kecil yang berpusat di kota Sevvile, Cordova, Toledo dan sebagainya. Yang mana pemerintahan di pegang oleh raja-raja golongan (Muluk al-Thawaif) Pada periode ini pula umat Islam Spanyol kembali memasuki pertikaian intern. Ironisnya diantara perang saudara ini ada yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen, dan oleh raja-raja Kristen situasi ini dimanfaatkan untuk mengambil inisiatif penyerangan.
5. Periode Kelima (1086-1248 M)

Pada masa ini Spanyol masih terpecah dalam beberapa bagian, namun terdapat kekuatan yang masih dominan yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahidun (1146-1235 M) kedua dinasti itu pada awalnya dapat mempertahankan kekuasannya pada beberapa dekade namun tidak dapat berlangsung lama. Karena pada tahun 1212 M tentara Kristen mampu mengalahkan Dinasti Muwahidin di Las Navas de Tolesa, kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahiddun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin membesar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh pada tahun 1248 M.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)

Mungkin dalam periode ini Islam hanya berkuasa di daerah Granada saja di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban Granada tetap maju, namun secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Akhirnya bencanapun datang saat orang-orang berselisih dalam memperebutkan kekuasaan, sehingga ketika Abu Abdullah Muhammad meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk menghancurkan saudaranya, Ferdinand dan Isabella pun menyanggupinya, dan setelah menghancurkan saudara Abu Abdullah Isabella pun akhirnya menghabisi kekuasaan Abu Abdullah di tahun 1492 M. Dan di tahun ini pula hilang kekuasaan Islam di Spanyol.







C. Masa keemasan Islam di Spanyol Kontribusi Dunia Intelektual Muslim Ke Barat

Kemajaun Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada Khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang diperiode klasik. Diantara kemajuannya dalam bidang:
1. Kemajuan Intelektual diantaranya :
§ Kemajuan bidang Filsafat (tokoh Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan sebutan ibn Bajjah.)
§ Bidang Sains (Abbas ibn Farnas Ahli ilmu Kimia dan Astronomi)
§ Bidang fikih (tokoh Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Sa'id)
§ Bidang musik dan kesenian (tokoh Hasan ibn Nafi)
§ Bidang bahasa dan sastra (tokoh ibn Sayyidih, ibn Malik pengarang Alfiah, ibn al-Hajj)
2. Kemegahan pembangunan fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian umat Islam sangat banyak. Dalam perdagangan , jalan-jalan dan pasar dibangun, dibidang pertanian demikan juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-tempat yang tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah air.
Tahun 771 M ketika pasukan Islam dibawah panglima Thariq ibn Ziyad, menghancurkan king Roderick dan pasukannya, kemudian semenanjung Iberia berada di bawah kekuasaan kekuatan Islam yang diperintah oleh pembesar-pembesar Arab dan Barbar, oleh karena itu wilayah tersebut dikenal dengan nama Andalusia. Dirunut dari segi historisnya yaitu; Abdurrahman adalah dari golongan Daulah Umayyah, pada saat itu terdapat pengejaran dan pembersihan terhadap semua pengikut Umayyah yang dilakukan oleh Abbasiyah. Namun ada seorang pangeran (Amir) Abdurrahaman ibn Muawiyyah ibn Hisyam ibn Abdul Malik yang lari dari Irak didampingi oleh ajudannya yang bernama Baddar. Melewati beberapa wilayah Afrika menuju Andalusia yang telah ditaklukkan oleh nenek moyangnya dari dinasti Umayyah, dengan demikian Abdurrahman bisa meloloskan diri masuk Andalusia untuk membangun kebudayaan dan peradaban Islam.
Spanyol telah mencapai puncak kejayaan di bawah para penguasa Daulat Umayyah, Abdurrahman III (912-916M) yang mempermaklumkan dirinya sebagai khalifah. Pada waktu itu, ibu kota Cordova menyala bagaikan cahaya kilau-kemilau di dalam gelapnya daratan Eropa dengan Bagdad dan konstantinopel dapat diperkirakan sebagai salah satu dari pada tiga pusat peradaban dunia.
Jangkauan akan peradaban dan kemakmurannya dapat diukur dengan persaksian para sejarawan masa kini, seperti Ibnu Idhari dan Maqarri, bahwa kota Cordova memiliki 113.000 buah bangunan, 21 buah kota pinggiran, 70 buah perpustakaan, sejumlah besar toko buku, masjid-masjid dan tempat dan jalan-jalan plesiran yang diterangi dengan cahaya-cahaya dari rumah-rumah perbatasan. Selain itu dibangun Universitas Cordova yang ditempatkan di Masjid Raya kemudian di pugar oleh Khalifah Al-Hakam yang mengeluarkan biaya sejumlah 2615307 dinar untuk keperluan itu, Universitas Cordova tersohor sebagai salah satu akademi dunia yang paling terpercaya dan menarik para pelajar dari dekat dan jauh, termasuk banyak pelajar Kristen dari Eropa, sebagai tambahan Hakam juga mendirikan 27 buah sekolah swasta di kota Cordova.
Diantara hal yang menunjang masa kejayaan/keemasan Islam di Spanyol adalah ketika Islam berkuasa, penduduk muslim maupun bukan muslim memperoleh kesempatan yang sama untuk berperan serta dalam pembangunan Negara dalam bidang perkembangan kota dan seni bangunan, Oleh karena itu pada masa pemerintahan Umayyah di Andalusia mampu mensejajarkan Cordova dengan Konstantinopel dan Bagdad.
Selain yang telah dipaparkan diatas mengenai Andalusia, masih banyak sejarah yang harus diungkap terkait kejayaan Islam disana, diantaranya Cordova terkenal sebagai pusat intelektual di Eropa dilengkapi dengan berbagai bidang : bidang kedokteran, matematika, filsafat, kesusasteraan, musik, dan penyalinan naskah-naskah Yunani dan latin secara luas. Dari tempat inil lahir sejumlah ilmuwan dan filosof besar, diantaranya Ibn Rusyd, Ibn Thufail (1100-1185 M), dan Ibn Bajjah. Kondisi ini didukung oleh pembangunan fisik yang memadai. Kemajuan sebagaimana yang terpaparkan di atas juga di tandai dengan kemegahan istana al-Zahra yang dibangun dengan arsitekturnya yang indah, sehingga Zia Pasya (sejarawan berkebangsaan Turki) menggambarkan bahwa istana al-Zahra merupakan mukjizat zaman yang belum pernah ada sebelumnya.
D. Penyebab Kemunduran dan Kehancuran Spanyol

Ada beberapa hal yang menyebabkan Spanyol hancur diantaranya:

a) Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi dengan sempurna, mereka sudah merasa puas dengan dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka.
b) Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah Ibad dan Muwalladun kepada para Muallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai sangat merendahkan.
c) Kesulitan Ekonomi
Para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius, sehingga lalai membina perekonomian, akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
d) Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris, bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul.


e) Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain, Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara, dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.

Senin, 16 Maret 2009

....JIHAD, JALAN HIDUP KAMI....

....JIHAD, JALAN HIDUP KAMI....

Hidup ini adalah perjuangan dan perjuanganlah yang membuat kita hidup. Jihad fi sabilillah merupakan puncak ajaran Islam. Sehingga umat Islam yang melaksanakannya akan mendapatkan kemuliaan dan kejayaan di dunia dan surga Allah di akhirat.

Sebaliknya mereka yang meninggalkan jihad dan tidak terbersit sedikitpun dalam hatinya untuk berjihad akan hina dan menderita di dunia serta mendapatkan siksa Allah di neraka. Jihad adalah satu-satunya jalan bagi umat Islam untuk meraih kejayaan Islam, merdeka dari penjajahan dan meraih kembali tanah yang hilang.

Ketika umat Islam lalai terhadap kewajiban, maka Allah akan menghinakan mereka. Rasulullah saw. bersabda,” Jika kalian telah berdagang dengan ‘Inah (sistem riba’), mengikuti ekor-ekor sapi (sibuk beternak), rela bercocok tanam dan meninggalkan jihad, pasti Allah akan menimpakan kehinaan atas kalian. Allah tidak akan mencabut kehinaan itu hingga kalian kembali ke ajaran agama kalian.” (HR Ahmad, Abu Dawud dan al-Baihaqi).

Imam Syahid Hasan al-Banna berkata: Sesungguhnya umat yang mengetahui bagaimana cara membuat kematian, dan mengetahui bagaimana cara meraih kematian yang mulia, Allah pasti memberikan kepada mereka kehidupan mulia di dunia dan keni’matan yang kekal di akhirat. Wahn (kelemahan) yang menghinakan kita tidak lain karena penyakit cinta dunia dan takut mati. Maka persiapkanlah jiwa kalian untuk amal yang besar, dan semangatlah menjemput kematian niscaya diberi kehidupan. Ketahuilah bahwa kematian adalah kepastian dan tidak datang kecuali satu kali. Jika engkau menjadikannya di jalan Allah, maka hal itu merupakan keuntungan dunia dan ganjaran akhirat.

Definisi Jihad

Jihad secara bahasa berarti mengerahkan dan mencurahkan segala kemampuannya baik berupa perkataan maupun perbuatan. Dan secara istilah syari’ah berarti seorang muslim mengerahkan dan mencurahkan segala kemampuannya untuk memperjuangkan dan meneggakan Islam demi mencapai ridha Allah SWT. Oleh karena itu kata-kata jihad selalu diiringi dengan fi sabilillah untuk menunjukkan bahwa jihad yang dilakukan umat Islam harus sesuai dengan ajaran Islam agar mendapat keridhaan Allah SWT.

Imam Syahid Hasan Al-Banna berkata, “Yang saya maksud dengan jihad adalah; suatu kewajiban sampai hari kiamat dan apa yang dikandung dari sabda Rasulullah saw.,” Siapa yang mati, sedangkan ia tidak berjuang atau belum berniat berjuang, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah”.

Adapun urutan yang paling bawah dari jihad adalah ingkar hati, dan yang paling tinggi perang mengangkat senjata di jalan Allah. Di antara itu ada jihad lisan, pena, tangan dan berkata benar di hadapan penguasa tiran.

Dakwah tidak akan hidup kecuali dengan jihad, seberapa tinggi kedudukan dakwah dan cakupannya yang luas, maka jihad merupakan jalan satu-satunya yang mengiringinya. Firman Allah,” Berjihadlah di jalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad” (QS Al-Hajj 78).

Dengan demikian anda sebagai aktifis dakwah tahu akan hakikat doktrin ‘ Jihad adalah Jalan Kami’

Tujuan Jihad

Jihad fi sabilillah disyari’atkan Allah SWT bertujuan agar syari’at Allah tegak di muka bumi dan dilaksanakan oleh manusia. Sehingga manusia mendapat rahmat dari ajaran Islam dan terbebas dari fitnah. Jihad fi sabilillah bukanlah tindakan balas dendam dan menzhalimi kaum yang lemah, tetapi sebaliknya untuk melindungi kaum yang lemah dan tertindas di muka bumi. Jihad juga bertujuan tidak semata-mata membunuh orang kafir dan melakukan teror terhadap mereka, karena Islam menghormati hak hidup setiap manusia. Tetapi jihad disyariatkan dalam Islam untuk menghentikan kezhaliman dan fitnah yang mengganggu kehidupan manusia. (QS an-Nisaa’ 74-76).

Macam-Macam Jihad

Jihad fi Sabilillah untuk menegakkan ajaran Islam ada beberapa macam, yaitu:

1. Jihad dengan lisan, yaitu menyampaikan, mengajarkan dan menda’wahkan ajaran Islam kepada manusia serta menjawab tuduhan sesat yang diarahkan pada Islam. Termasuk dalam jihad dengan lisan adalah, tabligh, ta’lim, da’wah, amar ma’ruf nahi mungkar dan aktifitas politik yang bertujuan menegakkan kalimat Allah.

2. Jihad dengan harta, yaitu menginfakkan harta kekayaan di jalan Allah khususnya bagi perjuangan dan peperangan untuk menegakkan kalimat Allah serta menyiapkan keluarga mujahid yang ditinggal berjihad.

3. Jihad dengan jiwa, yaitu memerangi orang kafir yang memerangi Islam dan umat Islam. Jihad ini biasa disebut dengan qital (berperang di jalan Allah). Dan ungkapan jihad yang dominan disebutkan dalam al-Qur’an dan Sunnah berarti berperang di jalan Allah.

Keutamaan Jihad dan Mati Syahid

Beberapa ayat Alquran memberikan keutamaan tentang berjihad. Di antaranya, (QS an-Nisaa’ 95-96)(QS as-Shaff 10-13).

Rasulullah SAW bersabda: Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW ditanya: ”Amal apakah yang paling utama?” Rasul SAW menjawab: ”Beriman kepada Allah”, sahabat berkata:”Lalu apa?” Rasul SAW menjawab: “Jihad fi Sabilillah”, lalu apa?”, Rasul SAW menjawab: Haji mabrur”. (Muttafaqun ‘alaihi)

Dari Anas ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Pagi-pagi atau sore-sore keluar berjihad di jalan Allah lebih baik dari dunia seisinya.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Dari Anas ra bahwa nabi SAW bersabda: ”Tidak ada satupun orang yang sudah masuk surga ingin kembali ke dunia dan segala sesuatu yang ada di dunia kecuali orang yang mati syahid, ia ingin kembali ke dunia, kemudian terbunuh 10 kali karena melihat keutamaan syuhada.” (Muttafaqun ‘alaihi)

”Bagi orang yang mati syahid disisi Allah mendapat tujuh kebaikan: 1. Diampuni dosanya dari mulai tetesan darah pertama. 2. Mengetahui tempatnya di surga. 3. Dihiasi dengan perhiasan keimanan. 4. Dinikahkan dengan 72 istri dari bidadari. 5. Dijauhkan dari siksa kubur dan dibebaskan dari ketakutan di hari Kiamat. 6. Diletakkan pada kepalanya mahkota kewibawaan dari Yakut yang lebih baik dari dunia seisinya. 7. Berhak memberi syafaat 70 kerabatnya.” (HR at-Tirmidzi)

Hukum Jihad Fi Sabilillah

Hukum Jihad fi sabilillah secara umum adalah Fardhu Kifayah, jika sebagian umat telah melaksanakannya dengan baik dan sempurna maka sebagian yang lain terbebas dari kewajiban tersebut. Allah SWT berfirman:

“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (QS at-Taubah 122).

Jihad berubah menjadi Fardhu ‘Ain jika:

1. Muslim yang telah mukallaf sudah memasuki medan perang, maka baginya fardhu ‘ain berjihad dan tidak boleh lari.

”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.” (QS al-Anfal 15-16).

2. Musuh sudah datang ke wilayahnya, maka jihad menjadi fardhu ‘ain bagi seluruh penduduk di daerah atau wilayah tersebut .

”Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS at-Taubah 123)

3. Jika pemimpin memerintahkan muslim yang mukallaf untuk berperang, maka baginya merupakan fardhu ‘ain untuk berperang. Rasulullah SAW bersabda:

”Tidak ada hijrah setelah futuh Mekkah, tetapi yang ada adalah jihad dan niat. Dan jika kamu diperintahkan untuk keluar berjihad maka keluarlah (berjihad).” (HR Bukhari)

Kata-Kata Jihad

Khubaib bin Adi ra. berkata ketika disiksa oleh musuhnya, “Aku tidak peduli, asalkan aku terbunuh dalam keadaan Islam. Dimana saja aku dibunuh, aku akan kembali kepada Allah. Kuserahkan kepada Allah kapan saja Ia berkehendak. Setiap potongan tubuhku akan diberkatinya”.

Al-Khansa ra. berpesan kepada 4 anaknya mengantarkan mereka untuk jihad, “Wahai anak-anakku ! Kalian tidak pernah berkhianat pada ayah kalian. Demi Allah, kalian berasal dari satu keturunan. Kalianlah orang yang ada dalam hatiku. Jika kalian menuju ke medan perang, jadilah kalian pahlawan. Berperanglah ! Jangan kembali. Aku membesarkan kalian untuk hari ini”.

Abdullah bin Mubarak berkata pada saudaranya Fudail bin Iyadh yang sedang asyik ibadah di tahan suci,” Wahai ahli ibadah di dua tahan Haram, jika engkau melihat kami, niscaya engkau akan tahu bahwa engkau hanya bermain-main dalam ibadah. Barangsiapa membasahi pipinya dengan air mata. Maka, leher kami basah dengan darah”.

Demikianlah jihad adalah satu-satunya jalan menuju kemiliaan di dunia dan di akhirat. Ampunan Allah, surga Adn, Pertolongan dan Kemenangan. Wallahu a’lam bishawaab.

Sabtu, 14 Maret 2009

puisi KU... TIRAI

Tirai



Ketika ku sibak sutera itu

Langit menyambutku malu-malu

Bahkan kulihat tersipu

Bagaimana denganku



Embun ini, basah sekali

Mana cahayaku

Mengapa dingin menyelimuti

Mana hangat itu



Ya, tak ada tawa lagi

Ya, kemanakah keteduhan itu

Apakah semua menjauhi

Tapi mengapa begitu



Yang ada hanya kabut

Selimut bagi pulau besar ini

Ataukah kelambu duniaku

Ya, akan tersibak, tapi nanti,

Setelah usai ku cari kunci mata hati